Minggu, 03 Mei 2009

Israel Berencana Mengepung Al-Aqsha Dengan 100 Sinagog

Lembaga Waqaf dan Warisan al-Aqsha membongkar rencana besar Israel untuk mengepung masjid al-Aqsa yang diberkati dengan sekitar 100 sinagoga. Hal ini tercermin dari aktivitas Pusat Keamanan Militer Israel yang sedang melakukan persiapan untuk melaksanakan rencana Israel yang dipastikan akan membagi masjid al-Aqsa dan kemudian membangun sinagoga mereka.

Situs “Filasthin al-Yaum” menyatakan bahwa Lembaga al-Aqsha mengatakan dalam konferensi pers yang diselenggarakan di hotel Ambasador di Syaikh Jarrah bahwa lembaga tersebut telah mendeteksi dan mendokumentasikan puluhan sinagoga Yahudi, serta tempat-tempat dan pusat-pusat pemukiman guna diubahnya menjadi sinagoga untuk mengepung masjid al-Aqsa yang diberkati dalam tahap berikutnya.

Lembaga tersebut menyajikan sebuah film dokumenter pada awal konferensi pers dengan judul “Sinagoga Mengepung Masjid al-Aqsha” yang memperlihatkan gambar (saksi) hidup, dan kesaksian sejumlah warga, serta para peneliti yang mendapatkan fakta-kakta dari pemukiman di kota tua dan daerah di sekitar masjid al-Aqsa.

Syaikh Raid Shalah, Ketua Gerakan Islam pada konferensi pers yang dikoordinasi oleh pengacara Zahi Najidat menyerukan: “Bangsa Arab dan kaum Muslim untuk menjadikan tanggal 7 Juni bulan depan, dimana pada tanggal itu juga al-Quds (Yerusalem) dan al-Aqsha jatuh dibawah pendudukan pada tahun 1967, dijadikan sebagai hari kemenangan bagi kota suci al-Quds (Yerusalem) dan masjid al-Aqsa yang diberkati. Sehingga hari itu menjadi bukti dan sebuah kenangan bahwa bangsa Arab dan kaum Muslim mencintai dan bersungguh-sungguh mempertahankan al-Quds (Yerusalem)”.

Syaikh Raid Shalah meminta para perwakilan faksi-faksi Palestina yang ada di Kairo untuk merealisasikan persatuan nasional dalam rangka menghadapi rencana-rencana pendudukan yang bertujuan untuk menolak pembentukan negara Palestina, dan menghancurkan eksistensi warga Palestina di al-Quds (Yerusalem), Tepi Barat, dan hingga kini terus memgepung Jalur Gaza.

Dia menegaskan bahwa Israel berusaha untuk menghapus adanya kekuasaan apapun bagi bangsa Arab, kaum Muslim, atau warga Palestina terhadap masjid al-Aqsa, serta berusaha untuk melumpuhkan gerakan rekonstruksi masjid al-Aqsa, bahkan Israel mencoba untuk memaksakan kedaulatan dan kekuasaannya dengan kekuatan senjata dan pendudukan.

Dia juga mengatakan bahwa mereka berusaha keras untuk menghancurkan kekuasaan apapun yang dimiliki lembaga wagqaf Islam di al-Quds (Yerusalem) terhadap masjid al-Aqsa, dan memaksakan sejumlah besar tindakan sepihak, seperti memaksakan program pariwisata dan serangan Israel yang dilakukan berulang-ulang, sehingga hal itu menjadi rutinitas harian, khususnya bagi para petugas, pejabat, dan anggota keamanan Israel.

Syaikh Raid Shalah menambahkan: “Sesungguhnya ada rencana Israel yang hampir dilaksanakannya, yaitu membangun sinagoga terbesar di dunia di atas sekolah al-Tankiziyah yang merupakan bagian dari masjid al-Aqsa. Rencana pembangunan sinagoga ini telah diputuskan pada saat pemerintahan Sharon dengan biaya 40 juta dolar, dan didukung oleh organisasi-organisasi Yahudi Internasional dan kelompok-kelompok Zionis Protestan”.

Syaikh Raid mengatakan bahwa ada rencana Yahudisasi yang turut andil dengan melakukan Yahudisasi terhadap pemukiman di dekat masjid al-Aqsa yang diberkati. Dan dia menjelaskan bahwa semua sinagoga itu dibangun di atas tanah dan properti yang merupakan waqaf (sumbangan) umat Islam, sehinga semua itu merupakan harta warisan kami bangsa Arab dan kaum Muslim. Namun dengan liciknya, mereka melakukan berbagai pemalsuan dan penggunaan kekuatan dalam memaksakan fakta dan merampas hak-hak warga Palestina.

Sementara itu, Uskup Atallah Hanna, Kepala Uskup dari Gereja Ortodoks Sebastia Yunani mengatakan: “Sesungguhnya agama dan tempat ibadah adalam milik Allah. Jadi bagaimana terjadi perampasan dan pencurian lahan guna pembangunan rumah-rumah ibadah (sinagoga) sebagai tempat untuk menyembah Allah, sedang pembangunan rumah-rumah ibadah (sinagoga) di sekitar masjid al-Aqsha terus mendapatkan penolakan dan kecaman”.

Dia menambahkan: “Tempat-tempat ibadah jangan dibangun di atas ketidakadilan, penindasan terhadap orang lain, dan pelanggaran terhadap hak-hak mereka; serta jangan dibangun di atas reruntuhan rumah-rumah dan tempat-tempat suci mereka. Apa yang dilakukan Israel itu, tidak ada hubungannya dengan ibadah dan pemujaan. Sinagoga yang dibangun Israel hanyalah merupakan pusat pemukiman rasisme yang jauh dari kesucian, dan merupakan tempat-tempat untuk membangkitkan permusuhan terhadap bangsa Arab dan kaum Muslim. (mb/moheet).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar