Minggu, 03 Mei 2009

Koalisi Jalan Syetan

Pesta demokrasi 2009 baru saja berlalu, entitas puncak dari demokrasi ini ternyata belum mampu mewujudkan keterwakilan dan keberpihakan rakyat. Justru setelah pemilu 2009, semua partai politik seakan sibuk untuk mencari “koalisi” kekuasaan. Hal ini memprlihatkan bahwa suara rakyat semata-mata di kejar hanya untuk kemenangan partai dan menunjukkan seberapa besarnya partai, bukan untuk menyatukan keinginan kesejahteraan ummat.

Partai islam seakan-akan tidak laku terjual, bahkan mereka pasrah dan menyerahkan diri secara langsung kepada partai-partai nasionalis, dengan mengatakan bahwa mereka siap berkoalisi dengan siapa saja. Tentu hal ini, sangat menjadi sebuah pertanyaan baru, lakukah partai islam dalam Pemilu 2009? Maka dari hasil perolehan partai berazas islam dan berbau islam kita dapat menyimpulkan bahwa mereka tidak mampu menanamkan kepercayaan kepada publik. Sekedar mengingatkan akan ucapan Nurcholis Madjid, “Islam Yes, Partai Islam No”. Ada benar ucapan itu. Karena pada dasarnya partai-partai islam belum mampu membawa misi islam dan nilai-nilai islam dalam memberikan kesadaran politik di masyarakat. Masyarakat mulai sadar betul bahwa saat ini, Pemilu dalam kancah Demokrasi sekedar mengganti individu belaka di DPR namun tidak merubah secara fundamental sifat DPR dan sistem di negeri ini. Koalisi-koalisi antar partai yang mulai digagas ternyata hanya bertujuan membentuk kekuasaan dan melupakan proses ke depan ke arah pembentukan kesejahteraan ummat.

Saat ini, media massa telah tertuju pada 2 kubu yang akan saling bersaing yaitu kubu Demokrat yang direpresentasikan dengan SBY dan PDIP yang merepresentasikan dalam wujud Megawati. Lantas kemanakah partai Islam bermuara? Justru kalau kita perhatikan baik Demokrat dan PDIP sama-sama berazaskan pancasila, artinya kalau pun mereka masih mempertahankan idealis kepartaiannya mereka tidak berada dalam posisi mendukung diantara kduanya. Namun sayangnya, partai islam belum mampu menunjukan identitas diri mereka sebagai orang islam. Yang ada justru mereka lebih terpikat kepada pembagian kekuasaan, bukan sebaliknya menguasai Indonesia dengan islam yang akan membawa Indonesia yang lebih baik.

Partai Islam vs Partai Sekuler

Disebut partai sekuler jika arah perjuangan dan azas partai tidak berdasarkan islam, sementara partai yang lebih populer di masyarakat sebagai partai islam ternyata masih ragu dan berwacana diam-diam terhadap islam mereka menggembar-gemborkan perjuangan untuk islam, namun nyatanya mereka berkoalisi dengan partai sekuler yang jelas-jelas mengusung kehidupan tanpa aturan agama. Partai Islam pun sepertinya saat ini samar-samar, dan secara gamblang belum mapu membuktikan diri keisalman mereka dalam mewujudkan kehidupan yang didasarkan islam. Padahal dasar pembentukan partai islam itu harus sesuai dengan kutipan Al-Quran sbb:
“ dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (Al-Imron:104)

Artinya partai islam harus menyeru dan menyuruh ummat untuk melakukan hal-hal yang maruf dan islam serta mencegah ummat untuk brbuat mungkar. Inilah partai isalm saebenarnya, yaitu berpijak kepada islam bukan kepada aturan syetan dan aturan buatan manusia. Kekuatan partai islam pun seharusnya berpijak kepada islam sebagai aturan kehidupan bukan sekedar azas dan wacana belaka. Inilah partai islam yang shohih itu, sehingga ia tidak menjual islam hanya untuk kepentingan semu kepemimpinan yang sebenarnya adalah pembodohan barat untuk merusak pondasi-pondasi keimanan islam.

Koalisi Jalan Setan

Wahai partai Islam! Koalisi memperebutkan kursi jabatan dan kekuasaan, merebutkan pembagian kepemimpinan, dan mencari posisi aman sebenarnya jalan mudhorot yang akan meninggalkan jejak menyakitkan dan suramkepada ummat untuk percaya kepada islam. Sudah layak kita sebagai barisan orang-orang beriman berada dalam keteguhan dan keistiqomahan dalam islam. Karena sangat jelas seruan-Nya keapda kita untuk menjalankan aturan islam bukan aturan syetan sebagaimana tertulis dalam firman-Nya sbb.

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (Al-Maidah:50)

Sudah pantas bagi partai islam untuk mengambil langkah berani, yaitu keluar dari koalisi dan mengusung islam dari luar bukan dari Demokrasi, karena jeals Demokrasi telah menjual isalm secara rendah dan mereka tidak menginginkan islam sebagai aturan hidup karena pada dasarnya Demokrasi yang dielu-elukan olehbarat, pemimpin negeri kaum muslim adalah tindakan melawan Tuhan! (wallahu ‘alam).

oleh martono alfaritsy (dosen STIM boalemo - Gorontalo city)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar